Dua post di hari yang sama dan waktu yang berdempetan bukanlah kebiasaan saya.
Tapi semuanya mendesak ingin dimuntahkan dan dipajang, supaya mereka bisa melenggang bangga di depan mata kalian, memamerkan keseruannya.
Episode kali ini klise. Tapi se klise apapun itu, dia tetap mau keluar dan saya nggak tega menolaknya.
Banyak dinamika kehidupan yang berubah di sekitar saya. Mulai dari lingkar pertemanan yang mengempis lalu kembali terpompa hingga meluas tak terkontrol, sampai dengan rutinitas dan kebiasaan yang bergeser menjadi semakin tidak terhitung. Rasanya kehidupan tiga tahun sebelumnya menghilang begitu saja, dampak besarnya tergantikan oleh berbagai dampak kecil yang terus-menerus menyentak dari awal mula hingga saat ini. Kesibukan yang bertambah, keseharian yang berubah, pekerjaan yang meluas, dan frekuensi pertemuan yang semakin senggang lalu hilang.
(Karena sebenarnya aku kangen. Tapi kalian sibuk. Aku sibuk. Aku lelah. Maka aku simpan saja akhirnya)
Pengerjaan masterpiece dari empat tahun pembelajaran ternyata tidak sesimpel itu. Tidak semudah yang diinginkan. Niat dan keinginan yang seperti roller coaster dari hari ke hari membuat semuanya sulit. Sulit mengejar waktu. Sulit mencari bahan. Sulit menulis. Sulit mengetik. Sulit mencari. Sulit. Sulit. Sulit.
Transfer ilmu pun tidak seperti proses yang pernah dialami. Transfer ilmu kepada orang yang akrab dan bahan yang sejajar lebih mudah dilakukan daripada mentransfer ilmu ke orang baru dengan bahan yang sudah sehari-hari dipergunakan. Membangun sebuah fondasi kepercayaan juga tidak mudah. Berusaha membuat ia membuka diri lalu percaya dan mengikuti apa yang kita inginkan adalah proses panjang, terkadang membuat menyerah di tengah jalan.
(Aku tidak sesabar itu. Tapi aku berusaha. Aku mencoba)
Hidup menuntut banyak karena kita yang menuntut kepadanya. Tidak seharusnya ia terus menerus dipersalahkan.
(Tapi manusia butuh kesalahan, tanpa ingin dipersalahkan)
Kompleksitas dimensi kehidupan baru terasa sepersekiannya.
(Ingat, ketidaksanggupan tidak ada dalam pilihan)
Tapi semuanya mendesak ingin dimuntahkan dan dipajang, supaya mereka bisa melenggang bangga di depan mata kalian, memamerkan keseruannya.
Episode kali ini klise. Tapi se klise apapun itu, dia tetap mau keluar dan saya nggak tega menolaknya.
Banyak dinamika kehidupan yang berubah di sekitar saya. Mulai dari lingkar pertemanan yang mengempis lalu kembali terpompa hingga meluas tak terkontrol, sampai dengan rutinitas dan kebiasaan yang bergeser menjadi semakin tidak terhitung. Rasanya kehidupan tiga tahun sebelumnya menghilang begitu saja, dampak besarnya tergantikan oleh berbagai dampak kecil yang terus-menerus menyentak dari awal mula hingga saat ini. Kesibukan yang bertambah, keseharian yang berubah, pekerjaan yang meluas, dan frekuensi pertemuan yang semakin senggang lalu hilang.
(Karena sebenarnya aku kangen. Tapi kalian sibuk. Aku sibuk. Aku lelah. Maka aku simpan saja akhirnya)
Pengerjaan masterpiece dari empat tahun pembelajaran ternyata tidak sesimpel itu. Tidak semudah yang diinginkan. Niat dan keinginan yang seperti roller coaster dari hari ke hari membuat semuanya sulit. Sulit mengejar waktu. Sulit mencari bahan. Sulit menulis. Sulit mengetik. Sulit mencari. Sulit. Sulit. Sulit.
Transfer ilmu pun tidak seperti proses yang pernah dialami. Transfer ilmu kepada orang yang akrab dan bahan yang sejajar lebih mudah dilakukan daripada mentransfer ilmu ke orang baru dengan bahan yang sudah sehari-hari dipergunakan. Membangun sebuah fondasi kepercayaan juga tidak mudah. Berusaha membuat ia membuka diri lalu percaya dan mengikuti apa yang kita inginkan adalah proses panjang, terkadang membuat menyerah di tengah jalan.
(Aku tidak sesabar itu. Tapi aku berusaha. Aku mencoba)
Hidup menuntut banyak karena kita yang menuntut kepadanya. Tidak seharusnya ia terus menerus dipersalahkan.
(Tapi manusia butuh kesalahan, tanpa ingin dipersalahkan)
Kompleksitas dimensi kehidupan baru terasa sepersekiannya.
(Ingat, ketidaksanggupan tidak ada dalam pilihan)
Komentar
Posting Komentar