That Girl

Yes, that girl. Not that guy, like other teenage girls would write about. Tapi tenang, saudara-saudara, saya masih normal.

Jadi, karena tadi saya sedang kebosanan nunggu buffering fancam-fancam konser 2PM yang nggak beres-beres (padahal ada PR LKS Penjaskes, dan catetan Fisika), saya memutuskan untuk mencari tahu. About that girl. The girl that had once become my rival, and teammates (or haven't we? lupa gue). Anyway, karena saya sudah teramat sangat lama tidak bertemu dengan gadis ini, dan sudah lama tidak berkorespondensi juga dengan dia dan teman-temannya, maka saya--out of curiosity, memutuskan untuk melihat. Tepatnya, melihat account Twitter dia. Dan Facebook.

Gosh, I'm such a stalker =))

AAANYWAY, from those two accounts, I figured out that she's currently having--well, the time of her life. I guess. Dari apa yang tersirat, she seems like she's having a boyfriend right know. She gets good grades, nice class, and blablabla. Tadinya udah tuh, saya nggak buka macem-macem lagi. Nggak ngubek-ngubek lagi. But then I remember, she has a blog. One that I've read once. One that I considered to be a very nice blog. Well, dia pinter nulis sih emang. Her brain works well in terms of commenting things, not like mine.

And then I found it. One topic that I've been wanting to know about. About our previous rivalry. Well, saya tau bukan cuma saya yang waktu itu nganggep masing-masing sebagai saingan. Karena kita sama-sama rebutan buat satu slot yang tersisa, dimana dua slot lain sudah dipastikan terisi oleh senior yang memang sudah jauh lebih jago. I got it eventually, though.

Dari apa yang dia tulis, saya membuat kesimpulan, bahwa dia mendam sesuatu buat saya. Like, she's mad at me for reason(s) that I can't explain. Oke, saya ngerti kalau dia merasa kecewa BERAT. Saya kalo jadi dia juga, pasti kecewa. Walaupun saya yakin nggak akan sampe nangis, soalnyawaktuitujugasayaagakagakpengengakepilih.

Well, paling nggak setelah baca itu, saya jadi ngerti kenapa dia sensi sekali banget waktu ketemu saya setelah itu. Padahal dia biasa aja lho sama temen-temen dia yang lain, yang dapet slotnya juga kayak saya. Itu mengganggu saya. Saya jadi penasaran, saya salah apa. What have I done? Soalnya, kayaknya sewaktu proses pemilihan berlangsung, saya nggak akrab-akrab amat sama dia. Yah, kalo dibandingin sama senior dua yang udah dapet slotnya itu sih, emang saya lebih akrab sama dia. Secara saya dan dia selalu barengan kalau ada apa-apa yang membutuhkan lebih dari satu orang.

Sampai sekarang juga masih begitu. Dia masih--menjauhi saya. Dia, dan sekarang bahkan teman-temannya juga. Saya sih bisa aja cuek, sebodo amat mau digituin juga. Toh sebenarnya mereka dan saya ada di pihak yang berbeda. Cuma ya, ngenganggu aja gitu lho. Kan nggak selamanya juga kita berdiri di pihak yang berbeda. Untuk beberapa hal, kita memang harus dicampur. Cuma ya itu. Menye jadinya di saya.

Kayak waktu saya ngejalanin event itu. Dimana saya yang dapet slotnya. Well, kan temen-temennya banyak yang dapet juga, otomatis saya harus bisa membaur dengan mereka kan. Cause at that time, what we play is a group play. Nggak bisa dimainin sendiri. Nah, waktu itu tuh keliatan. Nggak banget sih, agak tersirat, tapi saya bisa nangkep dari cara mereka berinteraksi dengan saya. Beda dengan yang lain, yaknow. Kayak mereka nggak suka sama saya. Cuma untuk kali itu, mereka--seperti yang disuruh, membuat toleransi.

Nah kan. Dari ngebahas satu orang itu, that one girl, saya jadi ngebahas yang lain juga. Padahal sayanya mah nggak begitu lho ke mereka. I like them. They're actually nice. Cuma ya gitu.

Yoweslah, intinya saya cuma mau bilang, I miss you. I miss having you as my partner-slash-rival. I miss hearing you and your friends' jokes. I miss that times, when it seems like all of us could actually be a good team. A strong one.

Sebenarnya saya nggak nyangka saya yang bakal dapet. I thought that it's gonna be you who'll get it. I thought you are the one that our team needed. Karena jujur aja, dari awal sampe akhir, kemampuan kamu itu masih di atas saya. Meski nggak jauh.

Bahkan mungkin sekarang, kalau kamu ternyata lebih sering 'mampir' kesana, kemampuan kamu bisa jauh ngelebihin saya. And you might actually get that position when the selection is up.

Dan satu alasan itu, yang membuat saya tetep ada kemauan latihan, deep down. Soalnya saya nggak mau kalah sama kamu. Saya nggak mau ngasihin tempat itu ke kamu secara cuma-cuma. You'll have to fight for it.

Best of luck!

Komentar